RUMAH TERAPI KAJEN

Nikotin Meningkatkan Gula Darah


Merokok merusak kesehatan semua orang, tetapi nikotin dalam rokok mungkin bahkan lebih mematikan bagi orang yang menderita diabetes. Dalam percobaan laboratorium, para peneliti menemukan bahwa nikotin menaikkan tingkat gula darah, dan jika lebih banyak nikotin maka semakin tinggi kadar gula darah itu. Kadar gula darah yang lebih tinggi sangat berhubungan dengan peningkatan risiko komplikasi dari diabetes, seperti mata dan penyakit ginjal.

“Merokok sangat berbahaya bagi penderita diabetes. Ini bahkan lebih berbahaya bagi mereka daripada non-diabetes,” kata penulis studi Xiao-Chuan Liu, seorang profesor di departemen kimia di California State Polytechnic University Pomona. "Penelitian ini harus mendorong penderita diabetes untuk berhenti merokok sepenuhnya dan untuk menyadari bahwa nikotin itu sangat berpengaruh dalam menaikkan (kadar gula darah)."

Untuk alasan itu, juga penting untuk membatasi penggunaan produk pengganti nikotin, seperti nikotin patch. Jika Anda menggunakannya untuk waktu yang singkat sebagai terapi untuk berhenti merokok, itu OK. Tapi, jika Anda masih memiliki kecanduan terhadap nikotin dan menggunakan produk ini dalam jangka panjang, hal itu akan merugikan. “Jangan menggunakan rokok elektronik atau permen karet nikotin untuk waktu yang lama. Anda harus menghentikan asupan nikotin," sarannya.

Liu yang dijadwalkan untuk mempresentasikan temuannya dalam pertemuan American Chemical Society di Anaheim, California, sudah yakin bahwa merokok meningkatkan risiko pada orang dengan diabetes. Apa yang belum jelas, katanya, adalah jika terdapat komponen spesifik rokok yang meningkatkan risiko. Untuk menguji apakah nikotin, suatu zat adiktif yang ditemukan dalam asap rokok, memberikan kontribusi ke tingkat gula darah yang lebih tinggi, Liu dan rekan-rekannya menambahkan jumlah yang sama dari glukosa (gula) dengan sampel sel darah merah manusia. Mereka juga menambahkan berbagai tingkat nikotin untuk setiap sampel sel darah merah untuk satu atau dua hari.

Mereka kemudian menguji tingkat sampel hemoglobin A1C (HbA1C). HbA1C adalah ukuran dari persentase sel darah merah yang memiliki molekul glukosa yang menyertainya. Dalam manajemen diabetes, HbA1C - kadang-kadang disebut hanya sebagai A1C – dalam test dokter memberikan gambaran kadar gula darah rata-rata selama tiga bulan terakhir. Kebanyakan orang dengan diabetes berjuang agar berada dalam kisaran 7 persen atau kurang, berdasarkan pedoman dari American Diabetes Association.

Para peneliti menemukan bahwa nikotin mengangkat HbA1C. Dosis terkecil peningkatan kadar HbA1C sebesar 8,8 persen. Dosis tertinggi - setelah dua hari perlakuan nikotin - kadar gula darah meningkat sebesar 34,5 persen.

"Nikotin merupakan zat beracun, dan hasil kami menunjukkan bahwa nikotin menyebabkan peningkatan HbA1C," kata Liu. "Ini penting bagi publik untuk tahu, dan bagi perokok untuk menyadarinya. Ini bukan hanya sekedar asap rokok jika Anda pikir Anda hanya dapat menggunakan produk pengganti nikotin tanpa batas waktu. Masih ada risiko, dan peluang Anda mendapatkan banyak komplikasi akan menjadi lebih tinggi," dia memperingatkan.

Dr Joel Zonszein, direktur klinis Diabetes Center di Montefiore Medical Center di New York City, mengatakan bahwa para peneliti telah menunjukkan nikotin dapat secara signifikan meningkatkan kadar A1C di laboratorium, namun sangat penting untuk juga mengetahui apakah ia melakukannya dalam tubuh.

Tapi apakah nikotin adalah alasan pasti adanya kadar gula darah yang lebih tinggi pada perokok, ia berkata, "Semua orang - apakah mereka memiliki diabetes atau tidak -. Harus berhenti merokok. Pasien diabetes telah memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, dan merokok menambah buruk resiko itu."

Dia mengatakan bahwa menggunakan produk pengganti nikotin untuk satu atau dua bulan baik-baik saja. "Jika pengganti nikotin digunakan untuk waktu singkat dengan berhenti merokok sebagai tujuan, tidak ada resiko. Tapi itu tidak baik jika seseorang berencana untuk mengganti rokok dengan produk pengganti nikotin tanpa batas," kata Zonszein.

Para ahli mencatat bahwa penelitian disajikan pada pertemuan masih dianggap belum matang sampai diterbitkan dalam jurnal peer-review.